Jujur aja, pertama kali saya dengar nama Rara Sekar itu bukan dari musiknya langsung, tapi karena dia sering disebut sebagai kakak dari Isyana Sarasvati. Awalnya saya kira cuma “kakaknya Isyana” aja. Tapi ternyata setelah saya telusuri lebih jauh, Rara ini punya perjalanan musik sendiri yang nggak kalah keren dan justru sangat berbeda dari Isyana.
Saya masih ingat waktu iseng nonton video lama band Banda Neira di YouTube, saya langsung terpukau sama suara lembut perempuan yang jadi vokalisnya. Pas dicek, oh ternyata itu Rara Sekar. Dari situ saya merasa, “Wah, kenapa namanya nggak seterkenal Isyana ya? Padahal suaranya adem banget.” Nah, dari situ saya makin penasaran dan mulai baca-baca tentang kehidupannya.
Dan ternyata hidup Rara Sekar ini nggak sesederhana kelihatannya. Dia bukan cuma musisi, tapi juga akademisi, aktivis lingkungan, dan bahkan pernah jadi dosen. Jadi jangan kaget kalau sosok ini jauh lebih kompleks daripada sekadar label “kakak Isyana”.
Banda Neira dan Jejak Musik yang Membekas
Kalau ngomongin Rara Sekar, nggak mungkin lepas dari Banda Neira, duo musik indie yang dia bentuk bareng Ananda Badudu. Lagu-lagu mereka, kayak Sampai Jadi Debu, Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti, dan Derai-derai Cemara, jadi semacam soundtrack kehidupan banyak anak muda di era 2010-an.
Saya pribadi punya pengalaman unik sama lagu Sampai Jadi Debu. Waktu itu saya lagi pulang kampung naik kereta malam, dan di playlist HP, lagu itu kebetulan muter. Bayangin aja, suasana gerbong redup, jalanan gelap di luar, lalu suara Rara Sekar mengalun dengan lirik penuh makna. Rasanya kayak ditemani sahabat lama yang ngerti isi hati kita Wikipedia.
Yang bikin saya kagum, Rara ini nggak cuma nyanyi asal nyanyi. Ada kedalaman di setiap lirik yang dia bawakan. Bahkan kalau diperhatikan, banyak lagu Banda Neira yang punya nuansa sastra, seolah-olah kita lagi baca puisi tapi dalam bentuk musik. Dan menurut saya, itu karena Rara Sekar memang punya jiwa akademisi yang kuat. Dia terbiasa mikir, merenung, dan menyampaikan sesuatu dengan penuh makna.
Sayangnya, Banda Neira bubar di tahun 2016. Banyak fans kecewa, termasuk saya. Tapi setelah tahu alasannya, saya jadi lebih paham. Rara Sekar ingin fokus ke pendidikan dan perjalanan hidup yang lain. Itu keputusan yang berani, karena banyak orang biasanya terjebak dalam popularitas. Tapi Rara Sekar memilih jalan yang menurutnya benar.
Kehidupan Akademis: Dari Indonesia Sampai Luar Negeri
Yang bikin saya semakin salut, Rara ini bukan cuma jago nyanyi, tapi juga punya prestasi di bidang pendidikan. Dia lulusan Universitas Parahyangan di Bandung, lalu melanjutkan studi master di Wageningen University, Belanda, jurusan Environmental Sciences.
Bayangin deh, banyak musisi mungkin sibuk ngejar panggung, tapi Rara memilih balik lagi ke dunia akademik. Bahkan dia pernah jadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya bisa bayangin gimana asyiknya kalau punya dosen kayak Rara, yang nggak cuma pinter teori tapi juga punya pengalaman hidup di dunia musik.
Saya pernah baca wawancaranya, dia bilang kalau pendidikan itu sama pentingnya dengan musik. Dia nggak mau terjebak hanya di satu jalur. Dan jujur, saya belajar sesuatu dari situ: kadang kita sering merasa harus fokus di satu bidang biar sukses, padahal bisa juga menjalani passion yang berbeda-beda asal tahu prioritasnya.
Hubungan dengan Isyana Sarasvati: Dua Dunia yang Berbeda
Satu hal yang sering bikin orang penasaran adalah hubungannya dengan sang adik, Isyana Sarasvati. Kalau lihat di luar, seolah-olah mereka berada di dua dunia berbeda. Isyana dengan musik pop klasiknya yang megah, sementara Rara dengan musik indie penuh puisi.
Tapi justru itu yang menarik. Saya pernah lihat mereka tampil bareng di sebuah acara keluarga yang diunggah di media sosial. Rasanya hangat banget, kayak kita lagi lihat dua sisi dari koin yang sama. Satu energik, satu adem, tapi kalau digabung jadi harmoni yang pas.
Sebagai kakak, Rara sering terlihat mendukung Isyana tanpa merasa iri. Dan ini menurut saya contoh bagus buat kita semua. Kadang dalam keluarga ada rasa saingan, tapi Rara membuktikan kalau dia bisa berdiri dengan identitasnya sendiri. Itu pelajaran berharga buat saya: nggak perlu jadi sama seperti orang lain, bahkan meski dia saudara kandung, kita tetap bisa punya jalan masing-masing.
Aktivisme Lingkungan dan Sosial
Selain musik dan pendidikan, Rara juga aktif dalam isu lingkungan. Dia pernah terlibat dalam penelitian soal keanekaragaman hayati dan hubungan manusia dengan alam. Bahkan di beberapa kesempatan, dia menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan lewat musik maupun tulisannya.
Saya pernah ikut diskusi daring yang dia isi. Dan jujur, dia bukan tipe orang yang asal ngomong. Semua argumenya punya dasar kuat. Tapi yang paling menarik, dia selalu membungkus isu berat itu dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Saya jadi mikir, orang kayak Rara ini langka. Dia bisa bridging antara akademisi yang biasanya kaku, dengan publik yang lebih santai. Dan menurut saya, di era sekarang orang seperti ini sangat dibutuhkan.
Pelajaran Hidup yang Saya Dapat dari Sosok Rara Sekar
Setelah cukup lama ngikutin cerita hidupnya, ada beberapa hal yang saya rasa bisa dipetik:
Jangan Takut Pindah Jalur
Rara ninggalin popularitas Banda Neira untuk fokus ke pendidikan. Itu bukti kalau nggak semua orang harus ikut arus.Pendidikan Itu Penting
Bahkan ketika sukses di musik, dia tetap merasa belajar adalah fondasi utama hidup.Jadi Diri Sendiri
Meski sering dibandingkan dengan Isyana, Rara tetap punya warna unik yang nggak bisa digantikan.Keseimbangan Hidup Itu Kunci
Dia membagi waktunya antara musik, akademisi, dan keluarga. Nggak gampang, tapi mungkin.Berani Bicara untuk Alam
Aktivismenya mengingatkan kita bahwa menjaga bumi bukan cuma tugas ilmuwan, tapi semua orang.
Kenapa Rara Sekar Layak Dikenal Lebih Dekat
Bagi saya pribadi, Rara Sekar itu contoh nyata bahwa kesuksesan nggak harus selalu gemerlap. Kadang justru ada di jalan sunyi yang nggak banyak dilirik orang. Dia membuktikan bahwa hidup bisa bermakna bukan hanya lewat popularitas, tapi lewat kontribusi nyata, entah di musik, pendidikan, atau lingkungan.
Setiap kali saya dengar ulang lagu-lagu Banda Neira, ada rasa nostalgia sekaligus kagum. Nostalgia karena musik itu jadi bagian dari perjalanan hidup saya. Kagum karena saya tahu, sosok di balik suara lembut itu sedang melanjutkan perjalanan berbeda yang sama berharganya.
Kalau ditanya kenapa saya mau nulis sepanjang ini tentang Rara Sekar, jawabannya sederhana: karena saya merasa kisahnya layak dibagikan. Bukan sekadar untuk fans musik indie, tapi untuk siapa pun yang lagi mencari inspirasi tentang bagaimana hidup bisa dijalani dengan tulus dan penuh makna.
Baca juga fakta seputar : biographi
Baca juga artikel menarik tentang Jerome Polin: Cerita Inspiratif, Tips Sukses, dan Sisi Lain yang Jarang Dibahas